TUGAS OBSERVASI
Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu : Kamil, S.Ag, M.S.I
Oleh : Gustina
Semester : V B
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Jurusan : Tarbiyah
“ PENGARUH OBESITAS TERHADAP
KEPERCAYAAN DIRI REMAJA ”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut seperti halnya masa remaja.
Banyak remaja yang ingin selalu tampil percaya diri dan berpenampilan menarik ketika mereka ingin berbicara didepan umum,menunjukkan bakat-bakat khusus, dan lain sebagainya. Akan tetapi niat baik mereka sendiri menjadi terabaikan karena obesitas (kegemukan).
Berbagai perubahan yang terjadi pada remaja baik secara fisik, psikologis dan sosial akan saling berpengaruh antara satu dengan lainnya. Permasalahan fisik dapat mempengaruhi aspek psikologis dan sosial. Apalagi apabila permasalahan fisik tersebut merupakan bentuk ketidaknormalan fisik. Salah satu bentuk ketidaknormalan fisik yang bisa menjadi masalah pada remaja adalah obesitas atau kegemukan . Obesitas sangat berdampak bagi kepercayaan diri remaja, sehingga terkadang menjadi minder dengan kondisi fisiknya sendiri.
Dari hasil hasil penelitian dilapangan beberapa hari lalu bulan Oktober 2011, diketahui bahwa ada sekitar 4 orang remaja yang mengalami obesitas. Dari hasil wawancara keempat remaja tersebut sebagian ada yang merasa kurang percaya diri dengan penampilan yang sedang dialami, sebagian lain juga merasa cuek dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Oleh karena itu, dari latar belakang tersebutlah peneliti ingin mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Obesitas terhadap Kepercayaan Diri Remaja”.
B. Rumusan Masalah
Masalah umum dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh obesitas terhadap kepercayaan diri remaja. Dari masalah umum diatas dapat dirumuskan menjadi sub masalah berikut ini :
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Obesitas pada Remaja?
2. Pengaruh Obesitas terhadap Rasa Percaya Diri bagi Remaja?
C. Metode Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian yang sederhana dan tergolong mudah yaitu deskriptif sehingga penelitian ini dinamakan penelitian kualitatif. Kemudian, dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan analisis teori-teori.
D. Tujuan
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang pengaruh obesitas terhadap kepercayaan diri remaja. Adapun informasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada remaja.
2. Bagaimana pengaruh obesitas terhadap kepercayaaan diri remaja.
E. Manfaat Penelitian
Dilaksanakannya penelitian ini pada dasarnya bermanfaat bagi semua pihak dan manfaat tersebut antara lain:
1. Manfaat teoris.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh obesitas terhadap kepercayaan diri remaja.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi remaja tentang bagaimana faktor-faktor penyebab obesitas, pengaruh terhadap rasa percaya diri serta dampak nya bagi remaja itu sendiri.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Obesitas Pada Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin Adolecere ( kata bendanya Adolecentia) yang berarti remaja, yaitu “Tumbuh atau tumbuh dewasa” dan bukan anak-anak lagi lagi. Menurut Zakiah Daradjat remaja adalah tahap peralihan dari masa anak-anak; tidak lagi anak, tetapi belum dipandang dewasa. Remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa.[1] Masa remaja adalah masa yang menyenangkan, namun merupakan masa yang kritis dan sulit, karena merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, tetapi kira-kira berawal dari usia 12 sampai akhir usia belasan, saat pertumbuhan fisik hampir lengkap (Soetjiningsih,2007). Jadi, remaja adalah perubahan atau peralihan seseorang dari masa anak-anak ke masa dewasa baik dari fisik, kejiwaan maupun psikososialnya .
2. Faktor-faktor yang menyebabkan Obesitas
Obesitas merupakan salah satu masalah yang ditakuti remaja, khususnya remaja putri. Pada remaja, kegemukan menjadi permasalahan yang cukup berat, karena untuk tampil sempurna sering kali diartikan dengan memiliki tubuh langsing dan proporsional (Mu’tadin, 2002). Menurutnya juga, remaja akan merasa kehilangan kepercayaan diri ketika memiliki bentuk tubuh yang tidak proporsional seperti memiliki banyak lipatan pada perut, pinggang maupun lengan. Remaja dengan bobot berlebihan juga dianggap akan mengalami permasalahan yang cukup berat untuk menarik perhatian lawan jenis. Sehingga banyak remaja yang berharap dapat membuat tubuhnya ideal dan melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuannya tersebut, termasuk diet ketat dan mengkonsumsi obat-obatan yang bisa membahayakan nyawa.
Penyebab obesitas sangatlah kompleks seperti faktor genetik, biologis, perilaku dan budaya. Pada dasarnya, obesitas terjadi ketika seseorang makan lebih banyak kalori daripada kalori yang mampu dibakar oleh tubuh. Jika salah satu orangtua gemuk, 50 persen kemungkinan bahwa anak-anak mereka juga akan gemuk.[2] Namun, bila kedua orang tua gemuk, anak-anak memiliki peluang 80 persen menjadi obesitas. Apabila sistem endokrin berfungsi normal, ukuran tubuh akan normal sebaliknya kekurangan hormon pertumbuhan akan menyebabkan kerdil sedangkan kelebihan hormon akan menyebabkan tubuh terlalu besar sehingga tidak sesuai dengan anak sebayanya.[3] Berikut penyebab kegemukan atau obesitas pada anak atau remaja yaitu: [4]
a. Pola makan yang buruk ;
a. Pola makan yang buruk ;
Pola makan yang buruk misalnya lewat waktu makan,kurang mengkonsumsi sayuran dan buahan dan kurang minum air putih.
b. Makan atau ngemil terlalu banyak ;khususnya pada malam hari karena waktu tersebut, jarang beraktivitas sehingga menyebabkan kelebihan lemak pada tubuh.
c. Kurangnya olahraga, karena dengan berolahraga yang teratur akan mengurangi kadar lemak yang berlebihan. Selain itu, banyak olahraga menjadikan tubuh sehat.
d. Riwayat keluarga mengidap obesitas
obesitas dapat terjadi pada seseorang apabila di dalam keluarganya ada yang memiliki riwayat obesitas, baik itu dari pihak ibu maupun pihak ayah.
f. Kurang Tidur
Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur meningkatkan rasa lapar dan nafsu makan yang memicu terjadinya peningkatan berat badan.[5]
g. Stress atas suatu kejadian atau perubahan (perpisahan, perceraian, pindah lingkungan, kematian, pelecehan).
h. Efek Samping Obat Semua jenis obat yang biasa dikonsumsi seperti obat antidepresi, kontrasepsi, tekanan darah tinggi, dan diabetes dalam beberapa kasus dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang sangat drastis.
i. Polusi
Racun dari lingkungan seperti polusi dapat mengganggu aktivitas hormon yang memengaruhi pertumbuhan, sehingga dapat menyebabkan kegemukan.
B. Kepercayaan Diri pada Remaja
1. Definisi Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri merupakan sikap positif seseorang individu yang bisa membuat dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.[6] Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada didalam diri seseorang harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang lain (Hakim, 2002).
Seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri merupakan perilaku yang mencerminkan percaya diri (Lie, 2003). Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada beberapa aspek dari kehidupsn individu tersebut bahwa ia memiliki kompetensi, yakin mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Akan tetapi, individu yang memiliki rasa percaya diri yang lemah, cenderung memandang segala sesuatunya dari sisi negatif dan tidak menyadari bahwa dari dalam dirinyalah, semua negativisme itu berasal[7].
2. Aspek- Aspek Kepercayaan Diri
Menurut Lauster (1997) orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif adalah :
a. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa mengerti sungguh sungguh akan apa yang dilakukannya.
b. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan.
c. Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.
d. Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
e. Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu kejadian dengan mengunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepercayaan Diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah faktor internal dan eksternal.[8] Faktor internal yaitu kemampuan yang dimiliki individu dalam mengerjakan sesuatu yang mampu dilakukannya, keberhasilan individu untuk mendapatkan sesuatu yang mampu dilakukan dan dicita-citakan, keinginan dan tekat yang kuat untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan hingga terwujud. Faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga di mana lingkungan keluarga akan memberikan pembentukan awal terhadap pola kepribadian seseorang. Adapun faktor- faktor tersebut adalah
a. Faktor internal, meliputi:
Terbentuknya keperayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.
2) Harga diri.
Meadow (dalam Kusuma, 2005 ) Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain. Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi orang yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.
3) Kondisi fisik.
Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri. Anthony (1992) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Lauster (1997) juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara.
4) Pengalaman hidup.
Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Lebih lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.
b. Faktor eksternal meliputi:
1). Pendidikan.
Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.
2). Pekerjaan.
Rogers (dalam Kusuma,2005) mengemukakan bahwa bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.
3). Lingkungan dan Pengalaman hidup.
Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi.
BAB III
ANALISIS DATA
Dari hasil penelitian yang dilakukan, obesitas berpengaruh terhadap kepercayaan diri baik yang positif maupun negatif. Obesitas yang dialami juga merupakan adanya suatu kebiasaan-kebiasaan buruk, yang akhirnya berdampak pada berat badan seseorang. Kebiasaan yang dilakukan misalnya pola makan yang buruk dan tidak teratur seperti telat makan, sering ngemil malam, mengkonsumsi makanan yang berkolestrol tinggi, sering tidur, kurang olahraga, dan lain sebagainya. Selain itu, keturunan juga mempengaruhi misalnya dari pihak ayah dan ibu.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas (kegemukan), yaitu faktor turunan (warisan) dan faktor lingkungan. Faktor turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, remaja, hingga dewasa. Ia lahir ke dunia membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu bapak atau nenek dan kakek. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit. Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak dari lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit, misalnya ada anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti ayahnya, rambut keriting dan warna kulit putih seperti ibunya. Bila anak yang gemuk seperti ini bagaimanapun susah hidupnya nanti dia sukar menjadi kurus tetapi sebaliknya sedikit saja ia makan mudah menjadi gemuk.[9] Jadi, kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap obesitas (kegemukan).
Pada permasalahan lain adalah mengenai kepercayaan diri. Remaja yang mengalami obesitas berpengaruh terhadap penampilan remaja itu sendiri, ada rasa kurangnya percaya diri akan tetapi ada juga yang menganggapnya biasa saja. Selain itu, obesitas juga berpengaruh terhadap bahaya dalam kesehatan. Usaha yang mereka lakukan untuk mengurangi berat badannya adalah dengan cara minum obat pelangsing tubuh, diet, olahraga secara teratur, banyak mengkonsumsi sayur dan buahan daripada makanan yang berkolestrol tinggi.
Obesitas sangat berpengaruh terhadap penampilan remaja, pada masa remaja biasanya mulai bersibuk diri terhadap penampilan fisiknya dan ingin mengubah penampilan mereka dengan memberikan perhatian yang lebih terhadap masalah-masalah kulit, ingin memiliki tubuh yang ideal, ingin lebih tinggi atau pendek dan tentu saja ingin memiliki berat badan yang ideal. Keinginan ini disebabkan karena remaja sering merasa tidak puas terhadap penampilan dirinya. Ketidakpuasan ini akhirnya membuat remaja merasa tidak percaya diri dan menganggap penampilan dirinya sebagai suatu yang menakutkan.
Ada hubungan yang positif antara rasa percaya diri yang tinggi dengan berbagai hal lain yang berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk berprestasi dan mendapatkan kebahagiaan. Rasa percaya diri yang tinggi berhubungan erat dengan rasionalitas, realisme, intuitif, kreativitas, kebebasan, fleksibilitas, kemampuan untuk mengatur perubahan, dan kemauan untuk mengakui (memperbaiki) kesalahan, melakukan kebajikan, dan bekerja sama. [10] Sedangkan rasa percaya diri yang kurang akan menyebabkan orang menjadi tidak rasional, buta terhadap realitas, takut terhadap sesuatu yang baru atau tidak biasa, tidak mau berkompromi atau suka memberontak, mau menang sendiri, terlalu mengalah atau terlalu mengontrol tindakan, dan takut atau bersikap bermusuhan terhadap orang lain .[11] Keduanya terjadi pada masing- masing pada remaja, ada yang menganggap cuek terhadap penampilan sebagian lagi menganggapnya biasa saja.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil wawancara dan teori-teori yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang buruk dapat menimbulkan hal negatif bagi remaja itu sendiri yaitu obesitas. Kebiasaan-kebiasaan yang telak disebutkan sebelumnya seperti pola makan yang buruk, sering ngemil malam, kurang olahraga, faktor turunan (warisan) dari pihak ayah dan ibu, karena masalah-masalah kehidupannya baik di lingkungan keluarga, teman, maupun masyrakat dan lain sebagainya.
Untuk pengaruh obesitas terhadap remaja membawa dampak negatif dan positif. Dalam sisi negatif remaja kurang percaya diri terhadap penampilan fisiknya dan merasa malu ketika berkomunikasi dengan orang lain, sedangkan disisi positifnya ada juga yang merasa biasa saja dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kebanyakan remaja merasa minder terhadap obesitas pada dirinya, hal tersebut juga tentunya akan berpengaruh terhadap belajarnya, perkembangan wawasan keilmuan, sulit berkomunikasi sehingga akan menyebabkan menurunya harga diri remaja itu sendiri.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas, dapat disarankan untuk remaja agar selalu menjaga kesehatan terutama yang menjadi faktor-faktor penyebab obesitas dan untuk para pembaca juga bisa mengingatkan teman atau keluarga yang mengalami obesitas serta dapat juga menemukan teori-teori baru tentang masalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, dkk,2009, Pedoman Penulisan Skripsi STIT Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas, Sambas: STIT Sambas Press
Fatimah, Enung, 2006,Psikologi Perkembangan, Bandung: CV Pustaka Setia
Fauzi, Ahmad, 2004, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/03/11/dampak-dari-rasa-percaya-diri/
http://miklotof.wordpress.com/2010/06/25/faktor percaya diri/, di unduh tgl. 6 November 2011.
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=423028382 http://pluzone.com/kesehatan/10-penyebab-obesitas-yang-terabaikan.html
Syafaat,Aat, dkk, 2008, Peranan Pendidikan Agama Islam (Dalam Mencegah Kenakalan Remaja),Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
[1] Aat Syafaat, dkk, 2008, Peranan Pendidikan Agama Islam (Dalam Mencegah Kenakalan Remaja),Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, hlm. 87.
[3] Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2006, hlm. 55.
[5] http://pluzone.com/kesehatan/10-penyebab-obesitas-yang-terabaikan.html
[7] Ibid.,hlm.152
[9]Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2004, hlm. 98-99.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar