TUGAS | | RESUME |
BIMBINGAN DAN KONSELING | ||
Mata Kuliah | : | Bimbingan dan Konseling |
DosenPengampu | : | Deni Irawan, S.Sos.I, M.S.I |
Oleh | : | Gustina |
Semester | : | V B |
Program Studi | : | Pendidikan Agama Islam |
Jurusan | : | Tarbiyah |
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting bagi manusia untuk mewujudkan manusia yang berkarakter dan menjadikan manusia yang sesungguhnya karena tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan manusia yang berkepribadian dan berakhlak mulia.
Atas dasar pendidikan yang mengupayakan manusia yang sesungguhnya itu agar terhindar dari berbagai sumber rintangan dan kegagalan yang diselenggarakan secara luas dan mendalam mencakup segenap segi kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Pembelajaran dikelas saja ternyata tidak cukup memadai untuk menjawab tuntutan penyelenggaraan pendidikan yang luas dan mendalam itu sehingga pelayanan bimbingan merupakan unsur yang sangat perlu untuk dipadukan kedalam upaya pendidikan secara menyeluruh baik disekolah maupun di luar sekolah.
BAB I
BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan adalah proses bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan bahan agar individu tersebut mampu mandiri dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Untuk pengertian konseling sering digunakan istilah penyuluhan, padahal istilah penyuluhan telah terlanjur digunakan secra luas di masyarakat untuk pengertian-pengertian yang tidak begitu relevan dengan makna konseling yang sebenarnya. Untuk tidak menimbulkan kerancuan diantara istilah-istilah profesional dalam bidang bimbingan dan konseling, dan sekaligus untuk memurnikan pengertian konseling itu sendiri maka istilah yang hendaknya dipakai dalam pengembangan dan gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia adalah istilah konseling.
Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu siswa memperkembangkan diri secara optimal, mampu mengatasi masalahnya sendiri dan mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana serta mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan yang diambil. Sedangkan tujuan khusus bimbingan dan konseling itu merupakan penjabaran tujuan-tujuan umum yang dikaitkan pada permasalahan klien, baik yang menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.
Asas -asas dalam bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut
1. Asas kerahasiaan adalah asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan, data atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.
2. Asas kesukarelaan yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa (klien) mengikuti/menjalani kegiatan/layanan yg diberikan kepadanya.
3. Asas keterbukaan yaitu asas yang menginginkan agar siswa (klien) bersikap terbuka dan tidak berpura-pura baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya maupun dalam menerima berbagai informasi dari luar bagi pengemabangan dirinya.
4. Asas kekinian yaitu asas yang menghendaki bahwa permasalahan yang dihadapi siswa (klien) adalah pada masa sekarang.
5. Asas kemandirian yaitu asas yang menunjukkan tujuan dari bimbingan dan konseling, diharapkan dapat menjadi individu-individu mandiri.
6. Asas kegiatan yaitu asas yang menghendaki agar siswa (klien) dapat berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan.
7. Asas kedinamisan yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan hendaknya tidak monoton, selalu bergerak maju, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas keterpaduan yaitu asas yang menuntut dalam kegiatan bimbingan dan konseling harus saling menunjang, harmonis dan terpadu.
9. Asas kenormatifan yaitu seluruh kegiatan layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.
10. Asas keahlian yaitu yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan yang dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah professional.
11. Asas alih tangan yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak dapat menyelenggarakan kegiatan bimbingan secara tepat dan tuntas bias mengalihtangankan kepada yang lebih ahli.
12. Asas tutwuri Handayani yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling dapat menciptakan suasana mengayomi, mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan serta dorongan, kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa (klien).
Kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling adalah sebagai berikut
1. Bimbingan dan Konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.
2. Guru Pembimbing atau konselor di sekolah dan madrasah dianggap sebagai polisi sekolah.
3. Bimbingan dan Konseling di anggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat.
4. Bimbingan dan Konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental.
5. Bimbingan dan konseling di batasi hanya untuk klien-klien tertentu saja.
6. Bimbingan dan konseling melayani orang sakit dan atau kurang normal
7. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri
8. Konselor harus aktif dan pihak lain fasif.
9. Pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
10. Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja.
11. Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater.
12. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat.
13. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
14. Pelayanan bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang ringan-ringan saja.
15. Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumen bimbingan dan konseling.
BAB II
FUNGSI DAN PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
Pelayanan bimbingan dan konseling khususnya disekolah atau madrasah memiliki beberapa fungsi yaitu
1. Fungsi pencegahan ( preventif ) artinya usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah dari diri siswa agar terhindar dari berbagai masalahyang dapat menghambat perkembangannya.
2. Fungsi pemahaman yaitu pelayanan dan konseling dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman tentang diri klien atau siswa beserta permasalahannya dan juga lingkungannya oleh siswa itu sendiri dan oleh pihak yang membantunya (pembimbing).
Terdiri atas pemahaman tentang klien, masalah klien, dan lingkungan.
3. Fungsi pengentasan siswa, yaitu upaya pengentasan suatu masalah melalui pelayanan bimbingan dan konseling.
4. Fungsi pengembangan (development) merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor kepada siswa agar ia mampu mengembangkan diri secara optimal dan menyadari potensi yang dimilikinya dan berusaha memanfaatkan potensi tersebut.
5. Fungsi perbaikan adalah fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
6. Fungsi penyaluran adalah bimbingan yang sifatnya dapat membantu siswa mendapatkan kesempatan penyaluran pribadinya masing-masing.
7. Fungsi penyesuaian yaitu pelayanan bimbingan yang berfungsi membantu terciptanya penyesuaian antar siswa dan lingkungannya.
8. Fungsi pemeliharaan (treatment) berarti fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.
Beberapa prinsip-prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan yaitu sebagai berikut
1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli; berarti bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi; bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif; bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama; bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing.
5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling ; bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan ; pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek.
BAB III
ORIENTASI DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING
Orientasi adalah pusat perhatian atau sasaran, yang mana jika di dalam bimbingan dan konseling adalah titik pusat atau sasaran bimbingan konseling yaitu sebagai berikut;
1. Orientasi persorangan
Bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan siswa secara individual. Satu persatu siswa perlu mendapaetkan perhatian. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam kelas itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan di tujukan pada masing- masing siswa.
2. Orientasi perkembangan
Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadidan yang hendaknya di terjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.
3. Orientasi permasalahan
Orientasi masalah terentang seluas daerah beroperasinya fungsi-fungsi bimbingan , dan dengan demikian pula menyusupi segenap jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah mempunyai ruang lingkup yang luas dan dapat dilihat dari berbagai segi , yaitu segi fungsi, sasaran, layanan, dan masalah.
1. Segi fungsi
Dilihat dari segi fungsi,ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah mencangkup fungsi-fungsi, pencegahan, pemahaman, pengentasan, pemeliharaan, penyaluran, penyesuaian, pengembangan, dan perbaikan.
2. Segi sasaran
Dilihat dari segi sasaran, ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madraseh di peruntukan bagi semua siswa dengan tujuan agar siswa secara perseorangan mencapai perkembangan yang melalui kemampuan: pengunkapan-pengenalan-penerimaan diri, pengenalan lingkungan, pengambilan keputusan, pengarahan diri, dan prwujudan diri. Dalam hal tertentu, sesuai dengan permasalahan yang di hadapi siswa, akan terdapat prioritas dalam sasaran bimbingan dan konseling tersebut.
3. Segi layanan.
Dilihat dari segi layanan, yang di berikan ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah meliputi layanan- layanan: pengumpulan data, pemberian informasi, penempatan, konseling, alih tangan kasus, dan penilaian dan tindak lanjut.
4. Segi masalah
Dilihat dari segi masalah , ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah meliputi: bimbingan pendidikan, bimbingan karier, bimbingan pribadi dan sosial.
BAB IV
LANDASAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Landasan-landasan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1. Landasan Filosofis ; yaitu pemikiran filosofis yang selalu terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling terutama adalah tentang hakikat manusia, tujuan dan tugas kehidupan manusia.
2. Landasan Religius ; yaitu yang berlandaskan kaidah-kaidah dalam agama.
3. Landasan psikologi ; yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan dengan berbagai latar belakang yang berbeda-berbeda.
4. Landasan sosial budaya; yang mengingatkan agar pengembangan layanan bimbingan dan konseling berdasarkan kebhinekaan budayanya.
5. Landasan ilmiah dan teknologis; membicarakan tentang sifat-sifat keilmuan bimbingan dan konseling.
6. Landasan pedagogis; mengemukakan bahwa antara pendidikan dan bimbingan memang dapat dibedakan , tetapi tidak dapat dipisahkan.
BAB V
LAYANAN-LAYANAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Jenis-jenis layanan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling meliputi:
1. Layanan Orientasi; yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.
2. Layanan Informasi; yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).
3. Layanan Penempatan dan penyaluran; yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ektrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, minat erta kondisi pribadinya.
4. Layanan pembelajaran; yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai meteri pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5. Layanan Konseling Individual; yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
6. Layanan Bimbingan Kelompok; yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (teruama dari guru pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-ama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjanguntuk pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.
7. Layanan Konseling Kelompok; yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah maalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
8. Kegiatan penunjang; seperti instrumentasi bimbingan dan konseling, himpunan data, konferensi kasus, kujungan rumah, dan penyelenggaraan alih tangan.
BAB VI
PENDEKATAN-PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Berbagai pendekatan-pendekatan dalam bimbingan dan konseling yaitu sebagai berikut;
1. Pendekatan Psikoanalitik
Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini. Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi.
2. Pendekatan Eksistensial-Humanistik
Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas untuk menentukkan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendirian dan berada dalam hubungan dengan orang lain, keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan untuk mengaktualkan diri.
3. Pendekatan Client-Centered
Pendekatan ini memandang manusia secara positif bahwa manusia memiliki suatu kecenderungan ke arah berfungsi penuh.dalam konteks hubungan konseling, mengalami perasaan yang sebelumnya diingkari. klien mengaktualkan potensi danbergerak kearah peningkatan kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan.
4. Pendekatan Gestalt
Manusia terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran perasaan serta tingkah laku. pandangannya anti deterministik dalam arti individu dipandang memiliki kesanggupanuntuk menyadaribagaimana pengaruh masa lampau berkaitan dengan kesulitan sekarang.
5. Pendekatan Analisis Transaksional
Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih apa yang sebelumnya ditetapkan, bisa ditetapkan ulang meskipun manusia bisa menjadi korban dari putusan-putusan bingung dan sekenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran.
6. Pendekatan Tingkah laku
Manusia dibentuk dan dikondisikan oleh pengondisian sosial budaya. pandangannya deterministik, dalam arti, tingkah laku dipandang sebagai hasil belajar dan pengondisian.
7. Pendekatan Rasional Emotif
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasional, tetapi juga dengan kecenderungan-kecenderungan kearah berpikir curang. mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang rasional dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakinan-keyakinan yang irasional itu, tetapi berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan, dan menekankan berpikir, menilai, menganilisis, melakukan, dan memutuskan ulang. modelnya adalah didaktif direktif, tetapi dilihat sebagai proses reduksi
8. Pendekatan realitis; yang berlandaskan motivasi pertumbuhan dan anti deterministik.
BAB VII
TEKNIK-TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING
Teknik-teknik dalam bimbingan dan konseling yaitu sebagai berikut :
1. Bimbingan kelompok meliputi
a. Home room program; suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru mengenal siswanya lebih baik sehingga membantunya secara efisien.
b. Karyawisata; siswa dapat meninjau objek-objek menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu.
c. Diskusi kelompok; suatu cara yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa (klien) untuk memecahkan masalah bersama-sama.
d. Kegiatan kelompok; cara yang baik dalam bimbingan karena indiviu mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya.
e. Organisasi siswa; melalui organisasi banyak masalah yang sifatnya individual maupun kelompok dapat diselesaikan.
2. Konseling individu
a. Bersikap penuh simpati dan empati; seorang konselor harus bisa merasakan dan menempatkan diri apa yang sedang dirasakan klien dengan segala masalah yang dihadapinya.
b. Secara hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien.
BAB VIII
AGAMA DAN PSIKOLOGI SEBAGAI LANDASAN ALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Peran agama dalam BK
Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor.
Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip rukun iman.
Pada diri konseli juga ada benih-benih agama, sehingga untuk mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian pembimbing dan konselor dapat mengarahkan individu (konseli) kearah agamaya, dalam hal ini Agama Islam. Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana filosofinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunah Rasul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT.
2. Peran Psikologi Dalam BK
Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi.
Pendidikan dalam program bimbingan dan konseling akan membuat konselor paham akan perkembangan dan pertumbuhan individu, perkembangan karir, dan perbedaan budaya. Pemahaman mengenai diri siswa seutuhnya dalam upaya mengembangkan karir membuat bimbingan dan konseling bersinggungan dengan ranah psikologi.
Hal yang berkaitan dengan psikologi dalam bimbingan dan konseling antara lain motif dan motivasi, pembawaan dasar dan pengaruh lingkungan pada tingkah laku, perkembangan individu, belajar, dan kepribadian siswa.
BAB IX
PERANAN KEPALA SEKOLAH, GURU DAN KONSELOR DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Peranan kepala sekolah dalam pelaksanan BK adalah sebagai berikut;
1. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.
2. Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.
3. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.
4. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
5. Memfasilitasi guru pembimbing/konselor untuk dapat mengembangkan kemampuan profesionalnya, melalui berbagai kegiatan pengembangan profesi.
6. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
Adapun peranan guru dalam pelaksanaan BK adalah
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Peranan konselor dalam pelaksanaan BK yaitu sebagai berikut
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu klien dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu klien dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial an industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu klien mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendiikan sekolah/ madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu biang pelayan yang membantu klien dalam memahami an menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan.
BAB X
PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH
Program bimbingan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berisi perencanaan-perencanaan yang telah tersusun secara efektif dan sistematis sebagai pelayanan bantuan untuk peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Jenis program bimbingan dan konseling yaitu
1. Program tahunan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas disekolah/madrasah.
2. Program semesteran, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3. Program bulanan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan.
4. Program mingguan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5. Program harian, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu dan merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan satuan kegiatan pendukung (SATKUNG).
Penyusunan program BK pada umumnya mengikuti empat langkah pokok yaitu identifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan penilaian kegiatan. Sedangkan pelaksanaan program layanan menurut buku bimbingan dan penyuluhan yang di tulis oleh H.M. Umar an Sartono adalah
1. Melaksanakan identifikasi kasus dengan tujuan dapat mencari dan menemukan diantara siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar yang serius dan yang diduga mengalami kesulitan belajar yang serius dan yang memerlukan bantuan, dapat memanfaatkan catatan/rekaman tentang segala yang menyangkut kegiatan belajarnya unuk dianalisis.
2. Melaksanakan diagnosis dengan tujuan agar dapat mengetahui secara pasti jenis kesulitan yang dialami serta menemukan latar belakang yang menyebabkan timbulnya kesulitan.
3. Melaksanakan prognosis dengan tujuan untuk menetapkan macam dan teknik pemberian bantuan yang sesuai dengan corak kesulitan yang dihadapi siswa.
4. Melaksnakan langkah pemberian bantuan kepada klien agar mampu mengatasi permasalahan yang dialami dengan kemampuannyasehingga berhasil mencapai hasil yang optimal serta dapat bersikap menyesuaikan diri.
5. Melaksnaakan tindak lanjut untuk melihat sejauh mana hasil pemberian bantuan yang telah diberikan kepada klien untuk memperbaiki kegiatan selanjutnya.
6. Melaksanakan pendekatan yang dilakukan bersifat motivatif dan persuasif serta memberikan suasana kedamaian dan ketenangan hatinya.
Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki konsekuensi logis, baik secara ekonomi maupun nonekonomi sebagai implikasi (keterlibatan) atas diselenggarakannya kegiatan tersebut yaitu
1. Fasilitas, meliputi tempat kegiatan dan ruang pelayanan.
2. Tersedianya perangkat elektronik
3. Buku-buku panduan
4. Kelengkapan administrasi
5. Tersedianya tenaga guru pembimbing.
BAB XI
PROBLEMATIKA BIMBINGAN KONSELING DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA
1. Problematika eksternal ( masyarakat )
Problematika dalam pelaksanaan BK pada masyarakat pada dasarnya di sebabkan adanya pandangan yang keliru dari masyarakat. Pandangan tersebut antara lain:
a. layanan BK dapat di lakukan oleh siapa saja
b. BK hanya di perlakukan untuk orang yang bermasalah saja
c. keberhasilan BK hanya bergantung pada sarana dan prasarana saja
d. harus aktif, sedangkan klien harus diam / boleh pasif
e. Menganggap hasil pekerjaan BK harus segera terlihat
2. Problematika internal ( konselor )
Pandangan konselor yang salah tentang BK menyebabkan mereka salah langkah dan memberikan pelayanan BK, pandangan tersebut antara lain:
a. menyamakan pekerjaan BK dengan pekerjaan dokter atau psikiater
b. menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
c. BK mampu bekerja sendiri
d. BK di anggap sebagai proses pemberian nasehat semata
3. Problematika dalam dunia pendidikan
Problematika utama BK di dunia pendidikan juga di sebabkan adanya kekeliruan pandang, berikut ini kekeliruan tersebut
a. BK hanya pelengkap kegiatan pendidikan
b. guru BK di sekolah adalah “ polisi sekolah “
c. BK di batasi hanya untuk siswa yang tertentu saja
Alternatif pemecahan problematika BK adalah sebagai berikut
Masalah – masalah yang melingkupi pelaksanaan BK di sekolah begitu beragam sehingga alternatif pemecahan problematika tersebut harus sesuai dengan permasalahnnya yaitu
a. Konselor di sekolah di anggap sebagai polisi sekolah
Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah. maka dari itu pemecahannya konselor haruslah menjadi teman dan kepercayaan siswa. Konselor hendaknya menjadi tempat pencurahan kepentingan siswa, apa yang terasa di hati dan terpikir kan oleh siswa.
b. BK di anggap semata–mata sebagai proses pemberian nasihat
Pelayanan BK menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal. Di samping memerlukan nasehat, pada umumnya klien sesuai dengan problem yang di alaminya, memerlukan pelayanan lain seperti pemberian informasi, penempatan dan penyaluran konseling, bimbingan belajar, pengalihan tangan kepada petugas yang lebih ahli dan berwenang.
c. BK di batasi hanya untuk klien – klien tertentu saja
Semua siswa mendapatkan hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan dan BK, kapan bagaimana, dan di mana pelayanan itu di berikan, pertimbangannya semata–mata di dasarkan atas sifat dan jenis masalah yang di hadapi serta ciri–ciri pribadi siswa yang bersangkutan, konselor membuka pintu yang selebar–lebarnya bagi siapa saja yang ingin mendapatkan atau memerlukan pelayanan BK.
d. BK berpusat pada keluhan pertama saja
Konselor tidak boeh terpukau oleh keluhan atau masalah yang pertama di sampaikan oleh klien, ia harus mampu menyelami sedalam – dalamnya masalah klien, yang sebenarnya. Agar BK senantiasa efektif dan berkembang harus lah mengikuti unsur – unsur BK yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar